Lirik lagu L'Arc en Ciel Tsuioku no Jokei terdapat di album indie mereka, DUNE (1993). Lagu yang digarap musiknya oleh (dicantumkan sebagai) L'Arc~en~Ciel dan lirik oleh hyde ini menjadi track kedelapan dari album DUNE yang memuat 10 tracks. Lagu Tsuioku no Jokei sudah dibuat sejak lama sebelum formasi Laruku terdiri dari hyde, ken, tetsu, dan sakura; dengan judul asli Call to Mind, meski musiknya jauh lebih 'melunak' ketika masuk dalam album DUNE.
Lirik lagu Tsuioku no Jokei adalah salah satu dari hanya dua lagu L'Arc en Ciel yang berjudul bahasa Jepang di album DUNE. Tsuioku no Jokei jika diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia menjadi 'jalan cerita tentang kenangan'. Kisahnya tentang sosok aku lirik yang terjebak di rerumputan hijau tepi danau dan mengenang masa lalunya yang indah sekaligus perih bersam sang kekasih. Aku lirik tahu, sudah saatnya ia melangkah kembali dari kenangan yang menjerat. Namun, entah bagaimana ia masih 'tersiksa oleh hari-hari lampau yang tak mungkin kembali'.
Pada awalnya lirik Laruku Tsuioku no Jokei ketika masih berjudul Call to Mind, digarap muiknya oleh Hiro, gitaris awal L'Arc en Ciel. Namun setelah hiro hengkang, lagu tersebut tetap dipertahankan. Ketika masuk ke dalam album DUNE, dengan perubahan musik yang sangat mencolok, lagu tersebut dilabelkan dibuat oleh seluruh awak L'Arc en Ciel.
Berikut lirik lagu Tsuioku no Jokei, bersama terjemahan dalam bahasa Indonesia.
Tsuioku no Joukei (Jalan Cerita tentang Kenangan)
lirik: hyde/ lagu L'Arc~en~Ciel
dare mo inai midori no naka ni ite
kaze ni yureru nami o mireba
anata no koe minamo o tsutai
nando mo watashi ni toikakeru
Di tengah kehijauan tanpa siapa pun
Kupandangi arus diterpa angin
Suaramu mengguncang permukaan air
Berulang kali bertanya kepadaku
tomadoi o kizukazu ni
omoi sae shirasezu ni ita
Tanpa menyadari kebingunganku
Bahkan tak kuketahui lagi jalan pikiran ini
"kagayakashii hibi o naze ano toki
owaraseta no ka" to...
watashi wa mata kigi ni magirete kotoba o sagashite iru
“Mengapa saat lampau itu
Mengakhiri hari-hari cemerlangku?”
Kukembali menyelinapi pohon, mencari kalimat tersisa
tomadoi o kizukazu ni
omoi sae shirasezu ni ita
Tanpa menyadari kebingunganku
Bahkan tak kuketahui lagi jalan pikiran ini
garasu no you na komen ni utsuru watashi o
yasashii ame ga minikuku yugameru
Tercermin di danau bagaikan kaca
Hujan yang lembut mematahkanku dalam ngeri
mou kurikaesenai tooi hi ga ima mo nayamashi watashi o...
Masih kutersiksa oleh hari-hari lampau yang tak mungkin kembali
tomadoi o kizukazu ni
omoi sae shirasezu ni ita
Tanpa menyadari kebingunganku
Bahkan tak kuketahui lagi jalan pikiran ini
garasu no you na komen ni utsuru watashi o
yasashii ame ga minikuku yugameru
kasuka ni kikoete ita raimei ga mou soko made
kotae no dasenai watashi wa tada obiete bakari
Tercermin di danau bagaikan kaca
Hujan yang lembut mematahkanku dalam ngeri
Sambaran halilintar bahkan kini tiba di danau ini
Tanpa memberi jawaban, diriku hanya mampu (menggigil) ketakutan